Sebagai orang tua, memberikan kasih sayang secara tulus dan penuh kasih adalah kewajiban. Namun teori ini seakan terbantahkan begitu saja ketika melihat anak sedang marah besar, menangis sambil berteriak-teriak. Rasanya ingin mencubit agar si kecil bisa lebih tenang.
Tantrum adalah ledakan emosi yang meluap-luap terjadi pada anak-anak usia 1 sampai 4 tahun. Tiba-tiba saja ia menangis keras sambil berbaring di lantai, berteriak-teriak, bahkan menendang benda-benda yang ada di dekatnya.
Jangan khawatir, Temper Tantrum adalah wajar terjadi pada anak-anak seusia tersebut. Emosi yang sedang berkembang membuatnya sulit untuk mengontrol kemarahan. Dengan bimbingan yang tepat dari orang tua, seorang anak bisa melewati masa-masa tersebut.
Berikut adalah kunci yang harus diketahui ketika si kecil sedang tantrum:
Entah di rumah atau ketika sedang berada di luar rumah, tak perlu gusar ketika anak marah sejadi-jadinya. Tetaplah tenang meski ada orang lain meminta Moms untuk membuat si kecil diam. Biarkan emosi anak meledak sepuasnya hingga dia diam dengan sendirinya.
Mengapa anak yang mengalami tantrum harus dibiarkan hingga terdiam dengan sendri? Dalam tumbuh kembangnya, terutama di usia 1-4 tahun, anak-anak masih belum mampu mengeluarkan uneg-unegnya dalam kata-kata. Rasa frustasi tersebut menjadi pemicu ledakan kemarahan akibat sebuah permintaan yang tak terpenuhi atau karena ingin dapat perhatian dari orang tua. Jadi wajar saja bila hal tersebut dapat terjadi pada anak-anak diusianya.
Menurut penelitian oleh R.J. Fetsch dan B. Jacobson dari Colorado State University Extension, tantrum merupakan salah satu proses anak-anak dalam membentuk kesadaran dirinya. Karena si kecil belum paham keinginannya, tapi tidak tahu cara memuaskan apa yang diinginkannya. Singkatnya, tantrum adalah ketika anak-anak tidak tahu bagaimana menyampaikan keinginan dan kebutuhannya pada orang lain.
BACA JUGA:
Ada banyak penyebab Temper Tantrum, yang paling umum adalah karena anak-anak lapar atau terlalu lelah. Namun ada hal lain yang bisa memicu "kemarahan" si kecil, antara lain karena disiplin yang tidak konsisten, terlalu dikritik, perhatian orang tua yang sangat minim, merasa terganggu saat bermain, persaingan dengan saudaranya, rasa sakit, dan masih banyak lagi lainnya.
Ketika anak tantrum karena merasa dilarang, biarkan dia marah. Jangan sampai melayangkan pukulan atau cubitan. Bila terlampau gemas, lampiaskan dengan pelukan. Kalau suasana sudah mulai teratasi, coba bangun komunikasi dengannya, menanyakan apa yang membuatnya marah.
Kuncinya adalah tidak menyerah menghadapi kemarahannya. Putus asa hanya akan mengajarkan kepada sang anak untuk mengulangi perbuatannya ketika menginginkan sesuatu. Hindari memberikan imbalan untuk menghentikan kemarahannya. Lebih baik alihkan perhatian ke sesuatu yang mungkin bisa menenangkan amarahnya. Kalau kemarahannya telah reda, buka komunikasi dengan baik dan beri penghargaan dengan pujian kepada si kecil.
Pelajari cara menghadapi tantrum pada anak melalui video dibawah ini!
Tantrum adalah sebuah ujian yang harus dihadapi. Tebalkan telinga dan nikmati proses untuk menaklukkan tantangan ini. Bukan hanya si kecil saja yang tenang, Moms & Dads pun pasti bangga bisa menemukan cara menghadapi tantrum yang menghantui orang tua di mana pun.
Tetap semangat Moms dan nikmati momennya!