Masa remaja adalah masa yang membahagiakan. Pada tahap inilah untuk pertama kalinya manusia merasakan jatuh cinta. Beberapa remaja mulai mencoba-coba untuk mendekati lawan jenis yang disukainya, bahkan mulai menjalin hubungan dalam bentuk pacaran. Ini merupakan hal yang normal dan sekaligus satu diantara tanda pubertas anak remaja.
Namun, tidak semua norma dapat menerima aktivitas pacaran, salah satunya dalam agama Islam dimana tidak ada istilah "pacaran". Oleh karena itu, tentunya akan timbul beragam tanggapan dari orangtua saat mendapati anak remaja pacaran. Ada yang mendukung, tidak menentukan sikap, bahkan tidak sedikit yang menentang.
Walaupun mendukung, orangtua pasti juga memiliki kecemasan terkait aktivitas anaknya selama pacaran. Apakah dia bisa melakukan sesuatu yang tidak sesuai norma? Menanggapi hal tersebut, yuk kita simak bagaimana seharusnya sikap orangtua ketika remaja jatuh cinta.
Sumber: Pexels.com/Zun Zun
Jatuh cinta kepada lawan jenis adalah hal baru dalam kehidupan anak. Oleh karena itu, jangan sampai tanggapan panik HappyFams membuatnya merasa bersalah. Ia pasti merasa aneh dengan perubahan di dirinya. Jika tadinya ia merasa biasa saja berteman dengan lawan jenis, saat ini ia mulai merasakan debaran dan rasa canggung. Bahkan, bisa merasa salah tingkah dan rasa ingin memiliki ketika melihat seseorang yang disukainya.
Bagi anak laki-laki, mereka akan memiliki tingkat agresivitas yang lebih tinggi. Bisa jadi, ia akan senang sekali mengusili anak perempuan yang disukainya. Walaupun mereka melakukan hal yang HappyFams rasa salah, jangan ditanggapi dengan panik apalagi sampai memarahi. Kalau diperlakukan seperti itu, mereka akan sungkan bahkan takut untuk bercerita kepada orangtuanya. HappyFams tidak mau kan kalau buah hati tercinta justru menjauh?
Sumber: Unsplash.com/Farrel Nobel
Setelah menanggapi mereka dengan seulas senyum dan rasa lapang, ada beberapa sikap orangtua ketika remaja pacaran yang bisa ditunjukkan. HappyFams bisa mencoba menanyai pertanyaan simpel tapi dapat memancing lebih banyak informasi untuk dibeberkan. Seperti "Sejak kapan?", "Kenapa suka dia?", atau "Dimana pertama kali ketemu dia?". Sadari bahwa bisa jadi ia belum dapat memberikan alasan jelas. Akan tetapi, jika HappyFams memberikan gestur dan sikap yang bisa membuat sang anak yakin, cerita akan mengalir dan HappyFams akan memperoleh kesimpulannya sendiri.
Dalam menghadapi remaja pacaran, kegiatan bercerita ini menjadi sangat esensial karena kegiatan ini dapat menjamin komunikasi yang lebih baik antara HappyFams dan remaja. Masalah percintaan adalah masalah yang cukup vital dan bersifat sangat rahasia pada kebanyakan remaja. Maka dari itu, jagalah baik-baik rahasia ini, usahakan jangan sampai bocor kecuali jika anak memang meminta untuk menceritakannya kepada orang lain seperti Dads atau saudara kandung anak yang lebih dewasa.
Poin penting lain yang harus diperhatikan oleh HappyFams adalah jangan menertawakan cerita mereka. Tidak apa-apa jika HappyFams tertawa, akan tetapi jangan sampai diejek. Mungkin cerita cinta monyet mereka akan mengingatkan HappyFams dengan masa lalu. Akan tetapi hal tersebut tidak apa-apa. HappyFams bisa berbagi sedikit cerita masa lalu, salah satunya mengenai apa yang pernah HappyFams lakukan ketika jatuh cinta sehingga kedekatan terjalin.
Sumber: Pexels.com/mentatgdt
Anak mungkin masih merasa ragu dengan perasaan mereka. Beberapa anak juga merasa malu bahkan merasa bersalah atas perasaan mereka. Tugas Moms dan Dads sebagai orang dewasa adalah menjelaskan kepada mereka tentang apa itu cinta. Cinta sebenarnya adalah perasaan yang telah mereka rasakan sejak dahulu, akan tetapi ke subjek berbeda. Ada cinta kepada orangtua dan keluarga, yang sifatnya begitu familiar dan memberi rasa aman. Ada cinta kepada sesama makhluk hidup yang cenderung kasual.
Kini ia mengenal jenis cinta yang baru, yaitu cinta kepada lawan jenis. Cinta ini sifatnya sangat wajar, dan merupakan tanda seseorang memasuki usia remaja. Akan tetapi, belum tentu yang dicintai saat ini menjadi pasangan hidup ia kelak, bukan? Tanamkan pada anak untuk tetap fokus memperbanyak teman dan mengembangkan dii dengan sebaik-baiknya. Perbanyak kegiatan positif dan perlebar sayap pergaulan. Jika saatnya telah tiba, seseorang yang ditakdirkan menjadi pasangan hidupnya pasti akan hadir.
Sumber: Unsplash.com/Jeffrey F Lin
Salah satu cara memupuk pribadi dan perasaan yang positif adalah dengan melakukan banyak kegiatan positif. Akan jauh lebih baik jika orangtua juga turut berpartisipasi dalam kegiatannya. Misal, olahraga bersama, melakukan kunjungan ke toko buku dan perpustakaan, melakukan silaturahmi ke saudara-saudara yang tinggal di sekitar rumah, atau sekedar menghabiskan waktu berkegiatan di rumah.
Anak juga dapat mengembangkan diri dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler atau mengikuti komunitas positif berdasar minat dan bakatnya. Tingkatkan kepercayaan diri buah hati dengan mendengarkan ceritanya dan memberikan apresiasi padanya. Jangan lupa untuk memberitahunya hal yang benar jika dia melakukan kesalahan.
Sumber: Pexels.com/Lisa Fotios
Untuk menambah khazanah pengetahuannya dalam hal berhadapan dengan lawan jenis, HappyFams dapat menceritakan kisah positif atau membantunya mencarikan referensi. Jika dalam norma atau ajaran yang HappyFams anut tidak mengenal istilah "pacaran", maka pandu ia dengan cerita cinta yang dapat membantunya memilih alternatif lain selain pacaran, yaitu tetap fokus dengan pengembangan dirinya dan tetap berteman baik dengan lawan jenisnya.
Akan tetapi, jika HappyFams mendukungnya, maka tunjukkan itu ketika remaja mulai pacaran. Beritahu batasan pergaulan yang baik. Jatuh cinta selalu menambah dinamika kehidupan, akan ada banyak sekali dinamika dalam percintaan anak. Bisa jadi ia akan mendapati kalau lawan jenisnya menjadi milik orang lain. Sebagai orangtua yang bijak Moms dan Dads wajib berada di sampingnya dan menjadi sumber kekuatan untuk move on.
Apakah HappyFams punya pengalaman lainnya dalam menghadapi remaja pacaran? Yuk berbagi tipskepada HappyFams lainnya di kolom komentar!