Pentingnya Pendidikan Seksual Pada Anak Usia Dini Di Indonesia

Waktu Baca: 6 menitRabu, 23 September 2020 10:30 WIB
Pendidikan Seksual
Sumber: freepik

Terkadang membicarakan seks kepada anak adalah sesuatu yang dianggap tabu dan banyak orang tua lebih memilih untuk menghindari pembahasan tersebut. Banyak orang tua beranggapan jika seks hanya untuk orang dewasa dan belum pantas untuk diketahui oleh anak-anak. Seiring berkembangnya zaman, segala macam bentuk informasi saat ini mudah untuk diakses terutama dengan adanya internet. Siapapun dapat mengaksesnya dengan sangat mudah, termasuk anak-anak.

Tanpa pengawasan yang benar dari orang tua, bukan tidak mungkin anak-anak dapat membuka situs tertentu yang berhubungan dengan pornografi atau semacamnya. Di sini peran orang tua sangat penting terutama dalam memberikan informasi terkait masalah seksual pada anak-anak melalui pendidikan seksual sejak dini.

Apa Itu Pendidikan Seksual?

Pada umumnya pendidikan seksual adalah mengajarkan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi manusia, dan bukan hanya seputar hubungan seksual antara pria dan wanita. Tentunya memberikan penjelasan mengenai pendidikan seksual kepada anak tidak dapat dilakukan sembarangan. Lalu sebenarnya kapan waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan seksual kepada anak-anak? Banyak orang tua menanyakan hal ini dan kurang memahami bagaimana cara penyampaiannya.

Menurut International Guidance Sexuality Education, pendidikan seksual usia dini dibagi menjadi empat level. Pembagian ini berdasarkan pada tingkatan usia anak, antara lain:

Level I (usia 5-8 tahun)

pendidikan seksual adalah
Sumber: Freepik.com

1. Mempelajari hal dasar

Dalam hal ini anak dijelaskan mengenai fungsi dan peran masing-masing anggota keluarga dari ayah, ibu, dan anak. Sebagai orang tua, Moms dan Dads harus bertanggung jawab terhadap anak-anak, bahkan setiap anggota keluarga harus dapat saling menjaga satu dengan lainnya.

2. Mengajarkan anak berteman dengan siapapun

Ajak anak untuk dapat berteman dengan teman sebayanya, baik itu yang berada di lingkungan rumah atau sekolah.

3. Perkenalkan cara mengekspresikan cinta dan kasih

Rasa cinta dapat ditunjukkan kepada siapa saja baik itu keluarga dan teman. Ajarkan pula kepada anak tentang bagimana mengucapkan salam dan terima kasih.

4. Kenalkan terhadap perbedaan

Ajarkan anak mengenai perbedaan karena setiap orang terlahir dengan keunikan dan layak untuk dihargai. Perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan fisik, kepercayaan, jenis kelamin, hingga status keluarga. Namun hal itu tidak dapat menghalangi untuk berteman.

5. Kenalkan apa arti pernikahan

Moms dan Dads dapat menceritakan tentang bagaimana kalian menikah. Di sini anak-anak akan paham bahwa seorang anak lahir setelah adanya pernikahan antara ibu dan ayah. Jelaskan juga bahwa pernikahan dapat berakhir dengan perceraian dan pengaruhnya terhadap keluarga.

Level II (usia 9-12 tahun)

1. Peran dan tanggung jawab setiap anggota keluarga

Pada usia ini, anak tidak hanya memahami tentang peran masing-masing anggota keluarga, namun juga tanggung jawabnya. Seperti seorang kakak yang harus bertanggung jawab untuk menjaga adiknya saat bermain.

2. Libatkan anak saat mengambil keputusan

Di sini komunikasi sangatlah penting dalam membuat suatu keputusan dalam sebuah keluarga. Moms dan Dads tidak ada salahnya untuk meminta pendapat anak untuk memutuskan suatu masalah. Dengan begitu anak akan merasa lebih dihargai dan percaya diri dalam mengungkapkan pendapatnya.

3. Lingkungan pertemanan yang sehat

Ada kalanya hubungan pertemanan tidak selamanya selalu baik yang ditandai dengan adanya kasus bullying, pemukulan, dan sebagainya. Untuk itu sebagai orang tua tidak ada salahnya untuk menanyakan kehidupan pertemanan anak dan katakan jika terjadi masalah untuk segera melaporkannya kepada orang tua atau guru.

4. Pernikahan, menjadi orang tua serta tanggung jawabnya

Di tahap inilah pendidikan seksual mulai dijelaskan pada anak. Jelaskan mengenai orang dewasa yang telah menikah kelak akan menjadi orang tua apabila terjadi kehamilan, adopsi, dan lain sebagainya. Beri tahu juga jika orang dewasa yang telah menjadi orang tua harus bertanggung jawab terhadap anaknya, seperti memberi makan, uang jajan dan lain-lain.

Level III (usia 12-15 tahun)

Pada tahap ini anak sudah memasuki masa remaja atau pubertas. Mereka mulai memahami apa itu cinta, menyukai seseorang, dan kepedulian kepada keluarga dan teman. Di tahap ini juga pengaruh teman cukup tinggi, bahkan tidak jarang mulai muncul konflik antara anak dengan orang tua.

Di tahap ini, orang tua dapat menjelaskan anak beberapa hal, antara lain:

1. Hubungan pertemanan dapat memberikan dampak positif dan negatif. Bahkan pertemanan dengan lawan jenis yang terlalu dekat dapat berakhir dengan hubungan seksual.

2. Pelecahan dan kekerasan di dalam pertemanan dapat terjadi akibat adanya perbedaan gender dan labelisasi. Jelaskan pula jika setiap orang bertanggung jawab untuk berani melawan kekerasan dalam hubungan pertemanan.

3. Sebuah pernikahan akan bahagia apabila didasari dengan cinta, toleransi, saling menghargai dan tanggung jawab. Jelaskan mengenai pernikahan dini yang rentan mendapat respon negatif dan sangat beresiko untuk kesehatan. Orang tua juga dapat menjelaskan mengenai alat reproduksi, anatomi tubuh, proses kehamilan, hingga HIV/AIDS. Jangan ragu untuk menggunakan istilah penis dan vagina dalam menjelaskan alat vital sebab ini juga menjadi bagian dari pendidikan seksual.

Level IV (usia 15-18 tahun)

1. Peran orang tua dapat berubah saat terdapat anggota keluarga yang hamil, menolak menikah atau bahkan menunjukkan orientasi seksual

Seperti yang Moms dan Dads ketahui, jika di Indonesia menyukai sesama jenis sangat dilarang. Sebagai orang tua tentu akan merasa khawatir mengenai hal tersebut dan takut akan terjadi pada anak-anak. Coba beri alasan yang jelas, tidak menyudut, diskriminasi, atau jangan membenci suatu kelompok tertentu.

2. Anak mulai memahami suatu aturan dan hukum mengenai pelecehan dan kekerasan seksual

Terdapat hukum untuk orang yang terbukti melakukan pelecehan dan kekerasan seksual. Beri tahu juga jika pelaku kejahatan seksual tidak membedakan jenis kelamin, usia, dan orientasi seksual

3. Suatu pernikahan dapat menjadi hal yang berharga atau penuh dengan tantangan

Pada bagian ini orang tua dapat memberi saran untuk menunda pernikahan dan juga hubungan seksual sebelum berusia 20 tahun. Anak juga harus menolak kekerasan di dalam hubungan pernikahan. Selain itu, anak harus mengetahui hubungan seksual yang aman dan sehat dengan menggunakan alat kontrasepsi dengan baik dan benar.

Kini sebagai orang tua Moms dan Dads tidak perlu merasa aneh atau canggung dalam menjelaskan mengenai seks kepada anak. Memang pada kenyataannya pendidikan seksual di Indonesia masih cukup rendah, namun tidak ada salahnya untuk menjelaskan kepada anak di mulai dari lingkungan keluarga. Semoga menginspirasi.

Bagikan Informasi Bermanfaat Ini!
Apa Komentar Anda Mengenai "Pentingnya Pendidikan Seksual Pada Anak Usia Dini Di Indonesia"