Pengaruh Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Anak-Anak

Waktu Baca: 5 menitSenin, 13 Juli 2020 09:30 WIB
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Sumber: Freepik.com

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) bukan sesuatu yang asing bagi sebagian besar masyarakat. Meskipun begitu banyak orang beranggapan bahwa hal ini merupakan peristiwa yang kurang layak dibahas sebab menjadi masalah pribadi suatu rumah tangga. Kekerasan dalam rumah tangga umumnya dilakukan oleh salah satu anggota keluarga terhadap anggota keluarga lainnya.

Tidak jarang kasus kekerasan dalam rumah tangga banyak dialami oleh istri, bahkan anak pun tak luput dari masalah ini. Anak yang mengalami kekerasan di dalam rumah tangga biasanya mengalami gangguan baik secara fisik maupun psikologis. Tidak menutup kemungkinan, trauma akibat penganiayaan dapat memberikan trauma tersendiri ketika mereka telah beranjak dewasa. Lalu apa saja pengaruh kekerasan dalam rumah tangga terhadap anak-anak? Untuk mengetahuinya lebih lanjut mari disimak penjelasannya berikut ini!

1. Mengalami Luka Fisik Pada Tubuh

kekerasan rumah tangga di indonesia
Sumber: Freepik.com

Korban dari kasus kekerasan rumah tangga di Indonesia paling banyak mengalami siksaan fisik. Bentuk penyiksaan fisik tersebut dapat berupa memar, patah tulang, terkilir, luka terbuka, tubuh yang gemetar tanpa sadar, nafas pendek, terjadi ketegangan otot dan lain sebagainya.

Khusus pada anak kecil mereka cendurung untuk tidak melawan atau bersikap pasrah saat salah satu dari anggota keluarganya melakukan kekerasan terhadap dirinya atau orang terdekatnya. Lain cerita apabila anak tersebut cukup dewasa untuk memahami kejadian di sekitar. Biasanya mereka tidak akan segan untuk melakukan perlawanan atau berusaha untuk melindungi seseorang yang mereka sayangi.

2. Depresi, Stress Dan Gangguan Mental

kekerasan rumah tangga terhadap anak
Sumber: Freepik.com

Kekerasan rumah tangga terhadap anak juga dapat memberikan pengaruh pada sikap dan perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari. Menurut beberapa penelitian, anak yang tinggal dalam keluarga penuh kekerasan, besar kemungkinan akan mengulangi hal serupa dikemudian hari.

Menjadi saksi atas pertengkaran kedua orang tuanya atau bahkan menjadi korban kekerasan itu sendiri tentu akan membuat anak menjadi depresi atau mengalami stres secara berlebihan. Anak dari korban kekerasan rumah tangga akan terlihat tidak bersemangat, selalu sedih, dan juga merasa takut terutama ketika mendengar suara teriakan atau benda yang dibanting.

3. Emosi Yang Tidak Stabil

kekerasan verbal dalam rumah tangga
Sumber: Freepik.com

Besar kemungkinan anak akan mengalami trauma secara emosi dan psikologis apabila terjadi kekerasan verbal dalam rumah tangga sebagai salah satu dampak dari perasaan takut saat tinggal di dalam rumah yang tidak nyaman. Sering sekali saat sedang melakukan tindakan kekerasan, terucap kata-kata yang seharusnya tidak pantas untuk dicapkan. Kata-kata tersebut dapat berupa ancaman, kata yang merendahkan atau bahkan melecehkan.

Itulah mengapa bagi anak yang menjadi korban dari kekerasan rumah tangga memiliki ketidakstabilan emosi. Perlu diingat, anak mudah sekali menyerap kata-kata baru terutama saat memasuki usia balita. Saat dewasa, anak yang sering mendengar kalimat kekerasan atau bernada tinggi akan sulit mengatur emosi sebagai akibat dari trauma masa kecilnya.

4. Sulit Mempercayai Orang Lain

kasus kekerasan dalam rumah tangga
Sumber: Freepik.com

Pengaruh lain dari kekerasan dalam rumah tangga dapat membuat anak tidak mudah percaya kepada orang lain, terutama saat mereka telah beranjak dewasa. Anak dari korban kekerasan cendrung memiliki pengalaman buruk terhadap orang lain terutama rasa percaya. Banyak kasus orang dewasa yang sulit memulai suatu hubungan dengan orang lain, akibat trauma masa kecilnya yang pernah mengalami kekerasan rumah tangga.

Sebagian besar mengaku jika mereka takut bertemu pasangan yang mudah melakukan kekerasan, terutama saat mereka memutuskan untuk berumah tangga. Sebagai solusi, mereka akan menemui psikolog untuk berkonsultasi mengenai masalah tersebut.

5. Berusaha Mencari Perhatian

kekerasan rumah tangga selama corona
Sumber: Freepik.com

Sebagian besar anak yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga umumnya terabaikan oleh kedua orang tuanya. Tidak jarang mereka cendrung mencari berbagai cara untuk mendapatkan perhatian dari orang tua, salah satunya dengan berbuat kenakalan. Semakin sering orang tuanya melakukan pertengkaran, semakin terabaikan pula sang anak. Perlu diingat anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, tanpa bimbingan dari kedua orang tua bukan tidak mungkin mereka terjebak dalam pergaulan bebas. Anak-anak beranggapan bahwa lingkungannya tersebut lebih memahami kondisinya dan itu membuat mereka merasa lebih nyaman. Meskipun begitu kenakalan tersebut dapat diperbaiki sebab itu merupakan cara anak mendapatkan perhatian dari orang di sekitarnya.

Bahkan dampak dari COVID-19 juga memberikan masalah baru di lingkungan sosial, salah satunya kekerasan dalam rumah tangga. Berdasarkan laporan pihak kepolisian dari beberapa negara menyatakan telah terjadi peningkatan kasus kekerasan rumah tangga selama corona. Bahkan dalam tingkatan lebih sering dan membahayakan.

Faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga saat pandemi yakni masalah ekonomi. Seperti yang diketahui jika saat ini banyak perusahaan yang merumahkan para pekerjanya, artinya tidak akan ada pemasukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hal inilah yang menjadi pemicu timbulnya konflik dalam rumah tangga.

Selain itu, saat pemerintah menganjurkan untuk berada di dalam rumah atau melakukan isolasi selama masa pandemi. Meningkatnya intensitas pertemuan antara suami dan istri akibat gaya hidup yang berubah juga dapat menjadi masalah baru dalam rumah tangga. Pasangan suami istri biasanya menjadi sulit mengatur emosi akibat sering bertemu dengan orang yang sama setiap harinya.

Meskipun terdengar sepele, namun hal ini dapat menjadi pemicu terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Apapun bentuk dari kekerasan rumah tangga sudah tentu dapat merugikan semua pihak terutama anak. Untuk itu penting untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat agar terciptanya rasa saling memahami dan komunikasi adalah kuncinya.

Bagikan Informasi Bermanfaat Ini!
Apa Komentar Anda Mengenai "Pengaruh Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Anak-Anak"