Setiap tingkatan kehidupan memiliki pengalaman tersendiri. Mulai dari masa kanak-kanak dengan rasa ingin tahu yang tinggi, masa remaja dengan kelincahan dan pemberontakannya, serta masa dewasa dengan mobilitas kegiatan yang tinggi. Di setiap tahap kehidupan inilah, bermacam pula cara mendampingi dan mengasuh anak yang menjadi acuan orangtua dalam mendidik anak kesayangannya.
Di sisi lain, tahap remaja menjadi tahap perkembangan anak yang selalu menarik untuk dibahas secara tuntas. Dalam dunia parenting, terdapat dua kategori masa remaja, yaitu masa remaja usia awal dan masa remaja usia akhir. Untuk memperdalam pengetahuan Moms mengenai remaja usia awal, Happinest Indonesia dalam artikel ini akan mengupas tuntas seluk beluk perkembangan anak dalam periode tersebut.
Sumber: Yandex.com
Pertanyaan pertama dalam pembahasan topik parenting ini adalah, yang tergolong remaja awal usia berapa sajakah? Ketahuilah Moms, remaja usia awal adalah anak-anak berusia 10 hingga 14 atau 15 tahun. Mereka sedang mengalami perkembangan dari usia kanak-kanak (5 hingga 9 tahun) menjadi sosok yang lebih dewasa. Remaja usia awal sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang pesat. Perkembangan hormon dan karakteristik tubuh remaja usia awal juga mempengaruhi perkembangan kognisi dan emosional mereka.
Sumber: Yandex.com
Membicarakan perkembangan anak usia remaja awal tidak akan lepas dari pembahasan topik tentang perkembangan hormon yang akan memengaruhi perkembangan karakter seks sekunder. Beberapa hormon yang akan bekerja lebih aktif adalah hormon pertumbuhan, metabolisme, dan reproduksi. Perempuan dan laki-laki sedikit berbeda cirinya.
Bagi laki-laki, hormon androgen dan testosteron menjadi lebih aktif. Produksi androgen yang aktif ini dapat meningkatkan pembelahan nenek moyang sel sperma. Saat produksi sperma meningkat, maka saat inilah sperma yang berlebih akan dibuang melalui peristiwa mimpi basah.
Mimpi basah menjadi indikator utama masuknya seorang anak lelaki ke dalam masa remaja. Selain itu, peningkatan kerja hormon androgen membuat produksi minyak meningkat sehingga jerawat dan bau badan menjadi satu ciri anak masuk usia remaja awal.
Bersamaan dengan itu, testosteron juga akan membantu perkembangan karakter seks sekunder anak lelaki. Beberapa bagian yang dapat berkembang adalah testis dan penis yang bertambah ukuran, tumbuhnya jakun sekaligus pembesaran suara, dan tumbuhnya rambut di beberapa bagian tubuh seperti ketiak, kumis, dan jenggot.
Bagi anak perempuan di usia remaja awal, estrogen dan progesteron bekerja lebih aktif yang berperan dalam terjadinya siklus menstruasi. Naik-turunnya hormon juga berdampak pada naik-turunnya mood dan emosi anak. Estrogen juga memicu perkembangan karakter seks sekunder wanita, seperti tumbuhnya payudara dan rambut di beberapa bagian. Suara menjadi lebih halus, begitu pula kulit, dan rambut. Sebagaimana anak lelaki, minyak juga menjadi masalah sehingga jerawat dan bau badan sering terjadi sehingga memerlukan perawatan ekstra.
Sumber: Yandex.com
Dengan segala perkembangan hormonal, kognisi, dan emosional yang terjadi, mengasuh remaja usia awal akan menjadi lumayan tricky bagi Moms. Di satu sisi, Moms ingin selalu berada di dekatnya untuk mendampingi, serta memberinya bimbingan seperti waktu kecil dulu. Namun, sebagai dasar parenting untuk remaja, Moms harus mengenali bahwa si kecil kini berada di jembatan menuju kedewasaan. Bumbu utama dalam mengasuh remaja usia awal adalah memberi kepercayaan dan sedikit melonggarkan 'cengkeraman'. Kemudian, terapkan 7 tips mengasuh remaja usia awal seperti yang dijabarkan berikut ini.
Anak remaja usia awal sebenarnya adalah calon orang dewasa yang masih terjebak dalam tubuh anak-anak. Kemampuan otak mereka menganalisis informasi dan mengambil keputusan sudah lebih baik daripada anak-anak, namun masih jauh dari orang dewasa. Bahkan, terkadang anak-anak muda ini terlalu percaya diri sehingga cengertung mengeksplorasi dunia tanpa mempertimbangkan bahayanya. Pada akhirnya, keputusan yang diambil seringkali kelihatan gegabah, terlalu terburu-buru, dan kurang bijaksana.
Ada pameo yang mengatakan, di masa pubertas inilah, biasanya anak masih akan merasa 'dunia ini aman-aman saja'. Karena pengalaman yang masih sedikit, mereka belum menemukan berbagai bahaya yang mungkin membayangi mereka dalam perjalanan hidup mereka. Kesadaran akan hal inilah yang membuat sebagian orangtua cenderung overprotektif. Walaupun sebenarnya protektif boleh saja dilakukan orangtua, asalkan pertimbangkan juga dengan baik dampak suatu larangan pada anak agar ia tetap bisa mandiri.
Sumber: Unsplash.com
Walau terlihat masih kecil, ternyata mereka mulai butuh privasi lho, Moms. Berikan mereka waktu sendiri. Tapi ingat, berikan kepercayaan pada mereka untuk melakukan hal baik dan tidak melanggar norma ketika sendiri. Beri tahu mereka hal-hal yang tidak boleh dilakukan saat sendiri beserta alasan yang rasional dan jelas agar mereka tidak merasa dikecewakan karena ternyata saat mendapatkan hal yang sudah lama diinginkan oleh anak, tapi malah dilarang orangtuanya karena kurangnya komunikasi yang baik di keluarga.
Mereka kini bukan anak yang hobi bermain permainan sederhana. Pada tahap remaja, si kecil sudah mulai bisa membuat suatu karya baru lho, Moms. Dukunglah mereka sesuai dengan kemampuan finansial Moms. Bila belum bisa mewujudkannya dalam waktu dekat, minimal, dengarkan mereka ketika mengungkapkan idenya. Jika Moms rasa ada yang kurang tepat, koreksi dengan baik tanpa menjatuhkan harga diri mereka.
Sebagai anak yang mulai tumbuh menjadi dewasa kecil, ajaklah mereka berdiskusi tentang fenomena dunia, minimal yang sama-sama dilihat di sosial media atau televisi. Jika mereka bertanya, jangan tanggapi dengan heboh. Misal, salah satu kasus populer yang harus diketahui remaja dan orangtuanya adalah darurat pendidikan seks.
Saat mengajari seks pada anak, biasanya mereka akan bertanya lebih rinci atau memberikan pertanyaan yang tak terduga akibat apa yang didengarnya di pergaulannya. Namun ingatlah, Moms adalah tempat bertanya yang lebih baik daripada Google. Jika Moms tidak mampu menjawab, dampingi ia mencari informasi berdua. Jangan biarkan ia mencarinya sendiri, berdiskusi secara terbuka akan membuka wawasan mereka dari sisi yang lebih bijak.
Sumber: Unsplash.com
Selain kemampuan kognitif, Moms bisa mulai melatih softskill mereka. Softskill yang dianjurkan untuk dilatih adalah kemampuan komunikasi, kemampuan mendengarkan, kejujuran, dan kemampuan empati. Remaja yang tumbuh dengan setidaknya empat kualitas tersebut dapat menjadi orang yang lebih sukses di masa depan. Keempat kualitas ini adalah sifat yang membuat seseorang dapat dipercaya tanpa membuat ia merasa tertekan.
Masa remaja adalah masa yang sangat tepat untuk menanamkan kecintaan pada Sang Pencipta. Anak mungkin bukan lagi mereka yang bisa didoktrin. Saat ini mereka berada dalam tahap belajar yang lebih advanced. Moms bisa mengajak mereka diskusi, menjelaskan mereka tentang kuasa Tuhan dan maksud dari suatu perintah, larangan, dan hikmah. Dengan begitu, si kecil akan menjadi lebih religius dan patuh kepada perintah Tuhannya dengan potensi tersesat yang minim di kemudian hari.
Remaja masa kini mudah terpapar dengan paham atau ragam hal aneh karena mudahnya akses informasi. Seringkali informasi ini luput dari proteksi kita sehingga anak terlanjur mengetahuinya. Untuk melindungi anak, jangan larang anak untuk mengeksplorasi. Temani mereka karena di tangan Moms dan Dads, informasi yang akurat mengenai realita ada. Maka dari itu, sebelum hal ini terjadi, sebaiknya Moms dan Dads update dengan kondisi kekinian, ya!
Setelah mengenal karakter remaja usia awal dan cara mendidiknya, apakah Moms tergugah untuk memperbaiki cara asuh pada si kecil? Jika Moms terinspirasi dan memiliki pandangan lainnya yang juga positif, yuk share di kolom komentar!