Beranjak remaja, intensitas komunikasi antara anak dan orangtua seringkali berkurang. Merasa telah cukup dewasa dalam menangani permasalahan pribadi, banyak remaja yang mulai memendam masalah tanpa merasa perlu untuk mengutarakannya kepada orangtua. Selain itu, bukan rahasia lagi bahwa anak remaja lebih suka bercerita dengan sahabat atau teman dekatnya untuk mengungkapkan segala masalah yang dihadapi. Pilihan ini dipicu oleh perasaan bahwa sahabat lebih memahami perasaannya dibandingkan orangtua sendiri. Hal ini tentu membuat Moms dan Dads menjadi bingung dalam mengetahui kondisi si anak yang sebenarnya untuk menentukan sikap.
Mungkin Moms dan Dads juga pernah bertanya, mengapa anak remaja merasa lebih nyaman dalam melakukan komunikasi dengan teman dibandingkan orangtua? Pahamilah terlebih dahulu bahwa perubahan ini dipicu oleh perbedaan pandangan antara orangtua dan anak yang telah beranjak remaja. Moms dan Dads pasti paham, bahwa ketika beranjak remaja, pola pikir anak pun menjadi berkembang. Anak jadi memiliki pendapat sendiri dalam memutuskan suatu hal, karena ia merasa telah cukup umur dalam mengambil keputusan. Namun, pendapat anak kerap berseberangan dengan orang tua dan menimbulkan perdebatan. Perdebatan inilah yang membuat anak tak lagi mau berbagi masalah dan cenderung mengurangi komunikasi dengan orangtua.
Di sisi lain, walaupun anak remaja memutuskan untuk mengurangi komunikasi, Moms dan Dads tentu tidak boleh menyerah dalam membangun komunikasi efektif terhadap anak yang sudah beranjak remaja. Oleh sebab itu, diperlukan langkah-langkah tepat dalam membangun komunikasi efektif orangtua terhadap remaja. Berikut adalah beberapa cara yang bisa Moms dan Dads aplikasikan untuk berkomunikasi dengan anak usia remaja.
Komunikasi akan terbentuk apabila salah satu pihak mau memulainya. Maka dari itu, jangan ragu untuk menanyakan kondisi pada anak remaja Moms dan Dads secara berkala. Namun, pastikan dulu sebelum bertanya mengenai hal yang sensitif, Moms dan Dads harus membangun komunikasi efektif orangtua terhadap remaja melalui hal-hal yang sederhana terlebih dahulu. Misalnya, seperti kegiatan di sekolah, makanan yang ingin dimakan untuk sarapan, atau mengenai tren masa kini yang membuatnya tertarik untuk terus berkomunikasi.
Pertanyaan-pertanyaan sederhana semacam itu akan membuat kepercayaan anak remaja terhadap orangtua mulai tertempa. Dengan tumbuhnya kepercayaan anak terhadap orangtua, maka Moms dan Dads akan lebih mudah bertanya mengenai hal-hal lain yang lebih sensitif dan berbobot. Apalagi komunikasi sangat penting untuk mencegah depresi pada remaja yang rentan terjadi. Dengan aktif bertanya, orangtua mampu mengetahui kondisi anak remaja secara pasti. Bahkan, akan muncul suatu titik dimana anak akan bercerita tanpa perlu Moms dan Dads tanya. Jadilah pendengar yang baik dan sabar tanpa perlu melakukan judge terhadap anak ya!
Moms dan Dads harus tahu, bahwa alasan anak remaja lebih senang bercerita pada teman dekat adalah karena teman merupakan sosok good listener bagi remaja. Jarak usia yang tidak berbeda jauh serta porsi pikiran yang tak jauh berbeda pula membuat anak-anak remaja saling memahami dan menghargai. Salah satu penyebab anak tertutup pada orangtua adalah merasa tidak didengar ketika tengah bercerita. Nah, apakah Moms dan Dads ingin anak remaja tak segan bercerita dengan orangtua? Moms dan Dads harus mulai menjadi good listener alias pendengar yang baik bagi anak remaja. Ketika anak menceritakan sesuatu, dengarkan dan fokus pada ceritanya. Sekecil apa pun hal yang anak remaja ceritakan, jangan pernah menunjukkan padanya bahwa Moms dan Dads menganggap masalahnya sebagai hal yang sepele. Dengan mendengarkannya, anak akan merasa dihargai dan didengarkan, sehingga dapat membangun komunikasi efektif orangtua terhadap remaja.
Mendengarkan cerita anak remaja akan membuat Moms dan Dads lebih mudah dalam memberi nasihat dan mengarahkannya agar tidak terjerumus pada hal negatif. Namun, jangan sampai Moms dan Dads memberi nasihat sambil membandingkannya dengan masa remaja Moms dan Dads atau bahkan anak remaja lain karena situasinya pun sungguh berbeda. Pahami bahwa remaja sedang memasuki masa sensitif, dimana ia tidak suka dibanding-bandingkan dengan siapa pun. Membandingkannya dengan orang lain justru dapat menimbulkan konflik remaja dengan orangtua. Cukup beri anak inti informasi tanpa membumbuinya dengan hal-hal yang justru membuatnya enggan bercerita dengan Moms dan Dads.
Kegelisahan orangtua tentang pergaulan remaja sering membuat Moms dan Dads justru membatasi pergaulan anak. Padahal, sebagai makhluk sosial remaja perlu membangun pertemanan dan bergaul dengan beragam karakter manusia agar tidak kesulitan dalam berkomunikasi dengan oranglain ketika beranjak dewasa nanti. Tak perlu khawatir ketika Moms dan Dads memberikan ruang bagi anak remaja dalam membangun pertemanan sesuka mereka. Yang perlu dilakukan adalah membangun komunikasi efektif orangtua terhadap remaja, sehingga Moms dan Dads bisa mengarahkannya agar tidak terjerumus pada pergaulan yang negatif. Sebisa mungkin hindari perkataan yang menyudutkan sahabat anak Moms dan Dads, karena hal itu akan membuat anak Moms dan Dads menjadi geram. Daripada menyudutkan, beri anak remaja alasan yang realistis atas segala pendapat Moms dan Dads.
Memberi kepercayaan pada remaja adalah suatu bentuk bahwa Moms dan Dads tak lagi memperlakukannya seperti anak-anak. Memberinya kepercayaan akan membuatnya merasa lebih bertanggungjawab. Hal ini akan membuatnya secara alami meminta pendapat Moms dan Dads ketika ia tengah mengalami suatu masalah, sehingga komunikasi efektif orangtua terhadap remaja pun menjadi terjalin secara berkelanjutan. Untuk melakukan kontrol, selalu tekankan pada anak remaja bahwa Moms dan Dads percaya padanya. Cara ini akan membuatnya lebih berhati-hati dalam menjalin pergaulan.
Sebelum melakukan komunikasi dengan anak remaja, Moms dan Dads harus memahami kondisinya. Jangan sekali-sekali mengajaknya berdiskusi ketika anak dalam suasana hati yang buruk. Dalam suasana hati yang tidak baik, tentu malah akan membuat komunikasi orangtua dan anak menjadi kurang efektif. Anak tidak bisa menangkap hal-hal yang ingin Moms dan Dads sampaikan dengan maksimal. Bahkan, bisa jadi tujuan baik Moms dan Dads justru disalahartikan. Moms dan Dads bisa menentukan timing yang tepat dalam memberi nasihat pada anak remaja, agar tidak menimbulkan konflik remaja dalam keluarga yang tidak diinginkan. Bahkan, Moms dan Dads bisa merencanakan waktu istimewa untuk bersantai dengan anak remaja Moms and Dads sambil membicarakan hal-hal serius. Cara ini bisa membangun komunikasi orangtua dengan anak remaja.
Tak perlu bersedih ketika anak remaja enggan berkomunikasi dengan orangtua. Moms dan Dads harus ingat bahwa ketegasan orangtua dapat menjadi salah satu cara untuk membuat anak akhirnya angkat bicara. Bersikap tegas pada anak akan membuatnya menjadi menghargai Moms dan Dads sebagai orangtua. Anak remaja akan lebih memahami batas-batas masalah yang mampu ia tanggung dan masalah yang harus ia bagi dengan orangtua. Pahamilah juga bahwa bersikap tegas bukan berarti kaku, ya Moms dan Dads. Bersikap kaku justru akan membuat remaja tertekan karena orangtua. Tak perlu marah-marah untuk membuat anak berbicara, cukup tentukan waktu untuk diskusi maka anak remaja pun akan mematuhinya. Meski bersikap tegas, jangan lupa untuk mengekspresikan kasih sayang Moms dan Dads terhadap anak, agar anak remaja tidak serta merta takut dan malah enggan menceritakan masalahnya.
Nah, itu tadi beberapa cara yang bisa Moms dan Dads terapkan dalam upaya membangun komunikasi efektif orangtua terhadap remaja . Remaja memang usia dimana mereka mulai memahami hak dan kewajiban manusia. Maka dari itu, Moms dan Dads harus memberi contoh positif dan menaruh perhatian lebih dalam perkembangan remaja, agar mereka tidak terjerumus pada hal-hal negatif.
Moms dan Dads sendiri bagaimana nih dalam membangun komunikasi efektir terhadap remaja? Apakah punya tips tertentu? Share yuk di komentar!