Seiring berkembangnya zaman membuat kita dapat dengan mudah mengakses apapun seperti berita ataupun mengunggah foto atau informasi tertentu dengan bantuan internet. Akan tetapi ada banyak pihak yang juga memanfaatkan adanya internet tersebut untuk melakukan tindakan kurang menyenangkan salah satunya bullying. Istilah tersebut tentu sudah tidak asing di telinga kita mengingat kasus bullying terus meningkat setiap tahunnya.
Bullying atau penindasan yakni sebuah tindakan intimidasi kepada individu yang biasanya dilakukan oleh seseorang atau kelompok. Tindakan bullying umumnya dilakukan secara berulang dengan tujuan untuk menyakiti seseorang baik secara fisik maupun mental dengan menyinggung hal tertentu seperti ras, jenis kelamin, orientasi seksual, kondisi fisik, dan penampilan seseorang.
Korban dari bullying dapat dialami oleh siapa saja dan di mana saja, namun kasus bullying banyak ditemukan pada remaja. Bahkan berdasarkan data dari KPAI di tahun 2018 kasus bullying hingga kekerasan fisik paling banyak terjadi di lingkungan pendidikan. Bentuk bullying tidak hanya dilakukan antar siswa saja, namun juga bullying yang dilakukan antara siswa dengan guru atau sebaliknya. Kemungkinan ada banyak kasus bullying yang belum terdata sebab masih banyak pihak yang belum memahami atau tidak peduli dengan bullying.
Sebagai orang tua tentu tidak ingin tindakan bullying ini terjadi pada anak-anak. Perlu Moms dan Dads ketahui jika bentuk dari bullying ada beberapa jenis dan harus diwaspadai oleh orang tua.
Bullying ini merupakan bentuk penindasan yang dilakukan dengan cara melibatkan fisik dan menciptakan luka pada tubuh seseorang, menyebabkan efek jangka pendek maupun jangka panjang. Bullying fisik dapat berupa pemukulan, menendang, mencubit, menjambak, menampar, mendorong, dan bentuk kekerasan fisik lainnya.
Jenis bullying ini pelaku tidak perlu menggunakan fisik untuk melakukan aksinya, cukup dengan kata-kata baik dalam bentuk tulisan maupun diucapkan secara lisan. Bullying verbal dapat berupa mengejek atau menghina, menggoda, memanggil dengan kata-kata yang tidak pantas, hingga mengancam.
Bullying non verbal seperti memandang dengan sinis, menjulurkan lidah, mengirim surat kaleng, menunjukan ekspresi muka yang merendahkan, mendiamkan seseorang, dan sengaja mengabaikan.
Bullying seksual merupakan tindakan penindasan kepada seseorang dengan mempermalukannya secara seksual. Bentuk dari bullying seksual meliputi memanggil nama seksual atau cat calling, menyentuh bagian tubuh seperti dada dan pinggul, garakan vulgar, dan juga pornografi.
Bullying sosial yakni bentuk penindasan yang berdampak pada rusaknya reputasi atau hubungan seseorang di dalam lingkungan masyarakat. Bentuk dari bullying ini yakni berbohong, menyebarkan rumor negatif atau berita tidak benar terhadap seseorang, mengucilkan seseorang, dan mempermalukan seseorang.
Cyber bullying yakni suatu tindakan intimidasi dengan menggunakan teknologi digital dalam hal ini internet. Adapun bentuk dari cyber bullying yakni menyebarkan gosip melalui dunia maya, mengunggah gambar atau video tidak pantas untuk menjatuhkan seseorang, membuat suatu penyataan seperti menebarkan komentar kebencian dan negatif kepada seseorang.
Sumber: Freepik.com
Dari beberapa jenis bullying yang telah disebutkan di atas, ternyata cyber bullying mempunyai dampak yang lebih parah daripada jenis bullying lainnya. Umumnya cyber bullying terjadi pada suatu tempat seperti media sosial melalui tulisan dalam kolom komentar. Berbeda dengan jenis bullying yang dilakukan secara langsung, pelaku dari cyber bullying tidak akan dapat melihat reaksi korban yang sedang diintimidasi. Oleh karena itu, para pelaku dapat dengan bebas dan lebih aktif melakukan bullying di dunia maya.
Tidak hanya itu saja, komentar kebencian tersebut juga dapat dilihat oleh jutaan orang. Padahal bentuk intimidasi berupa tulisan lebih menyakitkan jika dibandingkan dengan intimidasi yang diucapkan secara langsung karena sifatnya permanen. Komentar kasar yang bersifat menghina dapat membuat seseorang menjadi terluka, sedih, dan marah. Bukan tidak mungkin jika komentar tersebut terjadi secara berulang, korban intimidasi akan merasa depresi, stress, gangguan kecemasan, dan mengalami krisis kepercayaan diri.
Sumber: Freepik.com
Jika Moms dan Dads berpikir bahwa anak-anak pernah mengalami tindakan bullying, cobalah untuk membicarkan hal ini terlebih dahulu dengan menanyakannya. Jika diperoleh jawaban “iya”, Moms dan Dads dapat bertanya apakah kalian berdua boleh membantu mengatasi hal tersebut. Perlu diingat jangan pernah menyarankan anak untuk melawan balik pelaku.
Cara mengatasi bullying pada anak dapat dilakukan dengan meminta anak secara tegas dan penuh percaya diri untuk berkata tidak dan menolak pelaku penindasan untuk berhenti melakukan bullying. Jika dirasa tindakan tersebut kurang berhasil, Moms dan Dads dapat melakukan beberapa hal seperti berikut:
Cobalah untuk mencatat secara terperinci mengenai kronologi terjadinya bullying. Siapa pelaku yang melakukan bullying, waktu dan tempat kejadian, hingga saksi-saksi mata yang mungkin melihat kejadian bullying. Apabila berupa cyber bullying dapat dilakukan dengan mengambil tulisan yang mengarah pada bullying sebagai bukti.
Jangan pernah berkonfrontasi atau memarahi pelaku bullying. Hal ini dapat menjadi bumerang bagi orang tua sebab HappiFams tidak berbeda dengan pelaku bullying. Bisa jadi ini akan berbuntut panjang atau bahkan mempermarah keadaan.
Anak-anak terutama remaja masih memiliki emosi yang belum stabil, sehingga dapat berbuat apapun termasuk membalas komentar sama negatifnya dengan pelaku bullying. Cobalah untuk peringatkan anak untuk mengabikan komentar negatif tersebut sebagai tindakan balas dendam.
Apabila dirasa cyber bullying semakin parah, cobalah ajak anak untuk sementara waktu menjauhkan diri dari media sosial. Pergi berlibur atau mengunjungi tempat-tempat menarik untuk menghibur anak juga menjadi cara mengatasi bullying di masyarakat agar mereka tidak semakin tertekan atau depresi di dalam rumah.
Jika ditemukan akun yang menuliskan ujaran kebencian, tidak ada salahnya meminta anak untuk segara block orang tersebut, report komentarnya, jika perlu hapus pertemanannya di media sosial. Namun apabila anak masih merasa khawatir sebab ada kemungkinan bertemu dengan pelaku bullying di sekolah atau tempat lainnya, cukup katakan pada mereka bahwa akun media sosialnya telah dibajak sehingga sulit untuk mengaksesnya.
Ada beragam cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi bullying pada anak-anak terutama di dunia maya agar tidak menjadi korban bullying.
Terlalu banyak atau sering posting sesuatu di media sosial ternyata mengganggu banyak orang. Hal in justru dapat mengundang orang lain untuk bertindak cyber bullying.
Sebagian besar cyber bullying terjadi apabila terdapat suatu posting-an yang dianggap aneh oleh banyak orang. Untuk itu sebagai orang tua sudah sewajarnya untuk mengingatkan anak agar mengunggah tulisan, foto atau video secara bijak.
Ajak anak untuk mencari teman atau lingkungan positif serta membuat mereka merasa percaya diri, termasuk pertemanan di dunia maya. Dengan begitu, kecil kemungkinan anak mendapat bullying dari orang-orang di sekitar mereka.
Cyber bullying dapat dialami oleh siapa saja termasuk anak-anak, bahkan dampaknya amat buruk yakni korban akan mengalami gangguan mental akibat komentar negatif dan ujaran kebencian di dunia maya. Untuk itu penting bagi orang tua untuk selalu mendampingi dengan memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak agar mereka tidak terjebak dalam tindakan bullying.