Semakin hari istilah homeschooling semakin populer di telinga kita. Bagi generasi yang dulu harus menempuh pendidikan di sekolah, homeschooling memang terdengar asing. Bagaimana seorang anak bisa belajar tanpa bimbingan guru yang ahli di bidangnya? Padahal guru dan lingkungan sekolah, tidak hanya menularkan ilmu pengetahuan tetapi juga mendidik seorang anak agar siap menghadapi dunia.
Namun di zaman sekarang, anggapan tersebut semakin pudar. Semakin banyak orang tua yang lebih percaya bahwa anak-anak bisa belajar sendiri di rumah. Mereka bisa jadi guru atau menyewa guru untuk proses belajar-mengajar di rumah, tak perlu berseragam dan duduk di bangku kelas. Anak bisa belajar di mana pun.
Homeschooling dapat dikatakan sebagai "sekolah mini". Proses belajarnya melibatkan satu atau banyak tenaga pengajar dengan penekanan pada potensi anak dan kurikulum belajar yang lebih fleksibel. Sama seperti hidup, homeschooling adalah pilihan dengan konsekuensi yang harus ditanggung, baik orang tua mau pun anak-anak.
Karena sering belajar sendiri, peserta homeschooling cenderung memiliki pribadi yang lebih mandiri dan unggul dalam kreativitas individual. Selain itu si anak juga akan memiliki kebebasan untuk memaksimalkan kemampuannya, tanpa harus tertekan dengan persaingan nilai mata pelajaran, seperti yang biasa terjadi di sekolah formal.
Tapi di sisi lain, siswa homeschooling yang kurang punya waktu berteman dengan sebayanya akan tumbuh menjadi pribadi yang individualis. Sulit bekerja sama karena tidak terbiasa melakukan sesuatu secara berkelompok. Selain itu, karena tidak terbiasa berkompetisi, sebuah kekalahan mungkin akan terasa sangat pahit baginya.
Melihat pergaulan anak muda zaman sekarang yang sering salah kaprah, murid homeschooling punya kelebihan lebih terlindung dari godaan-godaan anak muda masa kini, mulai dari pergaulan yang menyimpang, kenakalan remaja, bahaya narkoba, dan lain-lain.
Namun karena tidak pernah menghadapi teman-teman dengan karakter yang berbeda-beda, serta berbagai hal menyenangkan di masa remaja, siswa homeschooling biasanya kurang perhatian. Padahal mereka butuh ruang untuk mengekspresikan dirinya. Selain itu, ada kecenderungan tumbuh rasa iri dan bosan pada dirinya saat melihat anak-anak sekolahan bercanda bersama teman-teman sebayanya. Sementara dirinya hanya belajar sendirian di rumah.
Meski dalam proses belajar-mengajar, peserta didik diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat, faktanya banyak anak-anak yang tidak memanfaatkannya. Entah karena malu atau takut diejek teman-temannya. Situasinya berbeda dengan homeschooling. Dengan peserta didik yang terbatas, seorang anak bisa lebih kritis dalam mengemukakan pertanyaan atau pendapatnya.
Namun, anak homeschooling hanya dihadapkan dengan sedikit peserta. Bagaimana nanti ketika realita menghadapkan dirinya dengan banyak orang. Mampukah dia mengeluarkan pemikiran kritisnya? Atau justru kembali seperti anak-anak sekolah biasa yang takut diejek saat mengeluarkan pendapat?
Sebagai guru, orang tua bisa menjalankan homeschooling selama 24 jam non-stop, tidak seperti jam pelajaran di sekolah. Tak hanya memberikan ilmu pengetahuan, sang anak pun juga bisa diajari bagaimana menghadapi berbagai masalah sosial, sekaligus dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan di dunia nyata.
Tapi di balik semua itu, orang tua harus siap untuk menyediakan tenaga lebih. Butuh banyak waktu lebih untuk membimbingnya, ayah dan ibu punya tugas ganda, tak hanya sebagai orang tua, tapi juga guru. Mereka dituntut total dalam mendukung proses pendidikan sang anak.
Dengan berbagai keuntungan dan tantangan, siapkah HappyFams memberikan homeschooling untuk buah hati? Seperti yang disebutkan di atas, setiap pilihan selalu ada konsekuensinya. Homeschooling memiliki banyak manfaat besar, meski juga punya beberapa kelemahan. Peran orang tua adalah memaksimalkan celah yang ada agar si buah hati bisa merasakan lebih banyak sisi positif ketika bersekolah secara mandiri.
Bila si kecil dari usia belum siap, tidak ada salah memasukkan ke sekolah dahulu Moms. Untuk masuk sekolah anak tingkat dasar perhatikan ini Moms. 6 Hal Penting Moms Pertimbangkan Memilih Sekolah Anak Tingkat Dasar
Bagaimana Moms and Dads? Apapun pilihan sekolah untuk si buah hati, tetaplah fokus dengan kebahagiaan anak dan masa depannya. Karena setiap pilihan butuh komitmen dan tekad orangtua untuk memfasilitasi dan membimbing anak sampai mereka mandiri. Selamat memilih ya Moms!