Semua anak terlahir tanpa rasa takut, namun lingkungan yang menyebabkan anak trauma dapat menimbulkan rasa takut dalam dirinya. Secara psikologis, hal tersebut berkaitan dengan lingkungan mereka tumbuh. Apalagi lingkungan memberikan dampak besar bagi mental serta perkembangan mereka.
Moms and Dads perlu memahami bahwa tempat belajar anak pertama kali adalah dari rumah. Jika rumah memberikan dukungan baik maka bisa dipastikan anak akan tumbuh dengan lebih baik dan sebagai media untuk menghilangkan kecemasan anak.
Namun, tidak sedikit kasus di mana anak memiliki ketakutan tertentu. Wajar memang jika pada usia mereka ada ketakutan tertentu. Ketakutan tersebut memang cukup sering dijumpai.
Namun, ada banyak sekali ketakutan yang muncul seiring berjalannya waktu. Bahkan, ada beberapa kasus mereka takut dengan keluarganya sendiri. Lantas, hal apa yang paling ditakuti anak?
BACA JUGA:
Ini adalah sebuah ketakutan yang cukup umum dialami oleh usia awal pertumbuhan. Namun, dalam ilmu psikologi ketakutan berlebihan terhadap ketinggian bisa disebut dengan istilah acrophobia.
Anak takut terhadap ketinggian memiliki beberapa gejala. Umumnya, gejala yang paling sering terlihat adalah kecemasan berlebihan. Dampak lebih lanjut akan menyebabkan jantung berdebar hingga bahkan mual.
Selain itu, Moms juga perlu memahami bahwa mungkin mereka akan menghindari perbincangan mengenai ketinggian. Bahkan, bisa saja anak akan menghindari semua rencana perjalanan ke tempat-tempat tinggi.
Oleh karena itu jangan pernah untuk menakuti anak, melainkan selalu menjelaskan dengan baik supaya anak menjadi paham.
Gangguan ini dalam psikologi bisa disebut dengan ligyrophobia atau phonophobia. Ini adalah gangguan di mana anak memiliki ketakutan terhadap suara keras atau bahkan suara berisik.
Moms and Dads sebaiknya memahami alasan mengapa anaknya takut terhadap suara keras. Ada dua jenis suara keras, pertama adalah suara yang tiba-tiba terdengar. Kedua adalah suara yang rutin terdengar.
Anak takut terhadap suara keras umumnya bisa mempengaruhi mental mereka. Oleh sebab itu, Moms and Dads sebaiknya mencari tahu daftar suara apa saja yang membuat takut anaknya.
Sumber: shutterstock
Anak takut terhadap orang lain juga menjadi masalah tersendiri pada tahap usia perkembangan. Dari beberapa penelitian, usia 8 hingga 18 adalah usia yang cukup rentan terhadap emosional bersama orang baru.
Dalam ilmu psikologi, ketakutan ini bisa disebut sebagai stranger anxiety. Penelitian dari University of Pittsburgh menyebutkan ada beberapa tanda anak mengalami stranger anxiety, salah satunya adalah adanya emosi tertentu.
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa anak usia pertumbuhan merasa takut dengan orang lain? Salah satu alasannya adalah karena mereka menganggap ibunya merupakan bagian dari dirinya.
Ilmu psikologi menilai bahwa takut terhadap keramaian disebut sebagai enochlophobia. Ketakutan ini muncul secara berlebihan dan menganggap bahwa keramaian akan menyebabkan bahaya pada dirinya sendiri.
Anak takut saat dalam keramaian mungkin bisa disebabkan oleh lingkungan. Dukungan keluarga menjadi kunci untuk menghilangkan kecemasan ini. Namun, terkadang keluarga tidak menyadari akan masalah yang dihadapi oleh anaknya.
Salah satu cara untuk menghilangkan ketakutan tersebut adalah memberikan arahan bahwa keramaian bukanlah hal berbahaya. Selain itu, pendampingan dari keluarga juga perlu dilakukan jika menginginkan anaknya tidak takut di keramaian.
Menurut pemerhati anak Kak Seto, orang tua sebaiknya tidak menyalahkan anaknya jika tidak mau sekolah. Namun, orang tua perlu melakukan evaluasi ulang terhadap sekolah tersebut apakah nyaman bagi anaknya atau tidak.
Anak takut berangkat sekolah mungkin bisa dipengaruhi banyak hal. Salah satu alasannya adalah mereka tidak memiliki tempat untuk bermain. Karena alasan tersebut, ada keinginan untuk meninggalkan sekolah.
Orang tua sebenarnya juga perlu memahami akan hal tersebut. Sering sekali Moms and Dads memaksakan hal tersebut. Namun, Moms and Dads tidak menyadari jika anaknya memiliki masalah tersebut.
Lalu, bagaimana jika anak memiliki ketakutan terhadap orang tuanya sendiri? Hal ini sebanarnya bisa terjadi karena beberapa alasan. Salah satunya Moms tidak sepenuhnya memahami karakter anaknya.
Akibatnya, mereka akan jauh lebih sering mengurung diri di kamar. Mereka juga tidak terlalu nyaman saat mengobrol bersama orang tuanya. Hal ini bisa menyebabkan bekas luka pada hati mereka.
Dampak lebih jauh adalah hilangnya rasa percaya diri dan rasa aman. Mereka menganggap bahwa keluarganya merupakan sumber masalah. Akhirnya, mereka akan lebih sering melakukan hal-hal kurang baik.
Maka dari itu cobalah Moms selalu gunakan kata-kata positif dalam mendidik anak supaya tumbuh kembang anak menjadi lebih baik.
Masalah seperti ini sebaiknya perlu dipahami oleh Moms. Usia pertumbuhan adalah usia yang cukup rentan. Anak takut juga karena masa pertumbuhannya tidak mendapatkan dukungan Moms and Dads.